إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ،
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ،
Sidang juma’at
yang berbahagia…
Pada hakekatnya
tak ada penyejuk yang benar-benar menyegarkan, dan tak ada obat yang paling
mujarab selain taqwa kepada Allah. Hanya taqwa kepadaNyalah satu-satunya jalan
keluar dari berbagai problem kehidupan, yang mendatangkan keberkahan hidup,
serta menyelamatkan dari adzab-Nya di dunia maupun di akhirat nanti, karena
taqwa jualah seseorang akan mewarisi Surga Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Tsa'labah bin
Abdurrahman, adalah salah seorang sahabat Rasulullah, yang selalu mendampingi
dan membantu Rasulullah. la bermukim di kota Rasul, Madinah al-Munawarah. Pada
suatu hari, ia berjalan-jalan di sekitar kota kediamannya itu. Tiba-tiba, ia
melihat sebuah pintu rumah penduduk terbuka. Dari pintu itu, ia melihat seorang
wanita yang sedang mandi di dalam rumah tersebut. Kemudian iapun sadar bahwa
perbuatannya itu adalah dosa. La semakin bertambah takut, kalau-kalau sebab
perbuatannya itu wahyu Allah turun dan memberitahukan kepada Rasulullah. Jika
itu terjadi, betapa malunya ia melihat Rasulullah nanti.
Untuk menghindari
hal tersebut, maka ia mengambil keputusan untuk pergi menjauh dari kota Madinah.
Ditinggalkannya semua keluarga dan sahabatnya, demikian pula dengan orang yang
paling dicintainya, Rasulullah saw. la pun tinggal di salah satu tempat
persembunyian.
Sudah empat
puluh hari Tsa'labah menghilang dari Madinah. Para sahabat mulai bertanya-tanya.
Begitu juga Rasulullah saw. Kemudian datanglah Jibril kepada Rasulullah dan
memberitahukan: "Hai Muhammad, Allah mengucapkan salam untukmu dan
memberitahukan bahwa umatmu yang menghilang itu berada di sebuah gunung di
sana. Umatmu itu terus meminta perlindungan kepada Allah dari siksaan Jahannam."
Setelah menerima
berita dari Jibril itu Rasulullah langsung mengutus Umar bin Khattab dan Salman
al-Farisy untuk menemui Tsa'labah dan mengajaknya kembali ke Madinah.
Merekapun
kemudian berangkat mencari tempat yang ditunjukkan oleh Rasulullah di luar kota
Madinah. Setelah mencari ke sana sini, mereka bertemu dengan seorang yang sedang
menggembala ternaknya. Kebetulan, Umar bin Khattab telah mengenalnya dan
mengetahui namanya, Zufafah. Umar bertanya kepadanya. "Apakah engkau
melihat pemudayang berada di sekitar daerah ini?"
Zufafah
menjawab. “Ya! Mungkin yang Anda maksudkan adalah orang yang lari dari neraka
jahanam itu?"
"Dari mana
Anda mengetahui bahwa ia melarikan diri dari jahanam?” Umar melanjutkan pertanyaannya.
"Biasanya
pada tengah malam ia datang dari arah sini, tangannya diletakkan di atas
kepalanya. la menangis dan mernekik sambil berseru: "Ya Allah. Alangkah
baiknya jika Engkau mencabut nyawaku ini," jawab Zufafah.
"Benar!
Dialah yang kami cari!" kata Umar.
Zufafah
menyarankan Urnar dan Salman agar mereka menunggu saat-saat yang biasanya
Tsa'labah keluar dari persembunyiannya. Akhirnya, seperti biasa, Tsa'labah
keluar dan berseru dengan suara keras: "Ya Allah! Seandainya Engkau
mencabut nyawaku ini?"
Umar lalu
mendekatinya. Setelah dekat benar dan saling mengetahui, Umar memulai
pembicaraannya. "Saya Umar bin Khattab"
Mendengar itu,
Tsa 'labah kepada Umar."Tahukah Rasulullah dosa yang telah kuperbuat?"
"Saya tidak tahu. Tetapi, kemarin RasuluIIah menyebutmu dengan penuh kasih
sayang dan kelembutan. la yang menyuruh saya datang menemuimu di sini agar kita
sama-sama kembali ke Madinah,"
"Baiklah
Umar. Kalau itu yang di kehendaki oleh Rasulullah saw. Tetapi, dengan syarat
kita menemui beliau ketika ia sedang shalat atau ketika iqamat, sesaat sebelum
shalat dimulai," Tsa 'labah memberi syarat. "Baiklah," jawab
Umar.
Akhirnya
merekapun berangkat bersama-sama kembali ke Madinah. Ketika mereka tiba di
Masjid Rasul, para sahabat sedang melaksanakan shalat dan Rasulullah saw
sebagai imamnya. Ketika Tsa'labah mendengar ayat-ayat yang dibaca Rasulullah,
iapun jatuh tersungkur.
"Ini
orangnya ya Rasululallah," seru Umar.
"Bukankah
telah kuajarkan kepadamu ayat-ayat penghapus dosa?" kata Rasulullah.
"Benar,
wahai Rasulullah," jawab Tsa'labah.
"Bacalah,
"seru Rasulullah. "Ya Allah! Bahagiakanlah aku hidup di dunia dan
bahagiakanlah aku hidup di akhirat serta lepaskanlah aku dari siksaan azab-Mu," lanjut Rasul.
"Dosaku
lebih besar dari itu, ya Rasulullah!" sela Tsa 'labah.
"Tidak!
Firman Allah itulah yang lebih agung dan lebih mulia," kata Rasulullah.
Kemudian
Rasulullah menyuruh Tsa'labah agar ia kembali ke rumahnya semula. Tsa'labah pun
menuruti apa yang diperintahkan Rasulullah.
Tak lama setelah
di rumah, Tsa'Iabah menderita sakit. Setelah tiga hari ia sakit, Salman
memberitahukannya kepada Rasulullah. Mendengar itu segeralah Rasulullah dan
sahabat-sahabatnya yang ada ketika itu bersama-sama pergi mengunjungi Tsa'labah.
Setiba di sana, Rasulullah memegang kepala Tsa'labah. Tsa'labah lalu menarik
kepalanya dan meletakkannya pada pangkuan Rasulullah saw.
"Mengapa
engkau turunkan kepalamu pada pangkuanku?" tanya Rasulullah kepada
Tsa'labah.
"Hai
Rasulullah! Sebenarnya kepalaku ini tidaklah pantas berada di atas pangkuanmu,
sebab kepalaku telah penuh dosa!" Jawab Tsaiabah.
"Dari mana
engkau tahu?" tanya Rasulullah.
"Terasa
laksana semut yang menjalar di tulang dan kulitku ini," jawab Tsa 'labah.
"Jadi apa
yang engkau inginkan, wahai Tsa'labah?" tanya Rasulullah saw. lagi.
"Pengampunan
Allah!" jawab Tsa' labah singkat.
Beberapa saat
setelah kalimat itu Tsa'labah pun agak memekik. la menghembuskan nafasnya yang
terakhir.
Rasulullah
segera memandikan, mengkafani dan menshalatkan Tsa'labah yang telah menjadi
mayat. Selain itu, Rasulullah turut pula mengusung keranda jenazah Tsa'labah
hingga ke pemakaman, tempat peristirahatannya yang terakhir. Ketlka mengusung
keranda Tsa'labah, sahabat-sahabat melihat Rasulullah berjalan
terjingkat-jingkat, Rasulullah terlihat seperti kesusahan jalan. Lalu seorang
sahabat bertanya: "Tadi, kami lihat engkau seperti susah jalan ketika
memikul jenazah Tsa'labah. Apa yang menyebabkan hal itu, hai Rasulullah"
"Ketika aku
memikut jenazah Tsa'labah tadi, hampir aku tidak blsa menjejakkan kaki ke tanah,
disebabkan banyak dan padatnya malaikat-malaikat yang turut mengusung dan
mengiringi jenazahnya," jawab Rasulullah.
Akhirnya, kehidupan
Tsa'Iabah diakhiri dengan taubat dan pengampunan dari Allah.
Subhanallah…
Lantas.. apakah
kita akan terus menambah dosa-dosa kita?
Apakah kita
pantas mengungkit kebaikan yang belum tentu diterima Allah, dan melupakan
dosa-dosa yang telah kita lakukan?
Mari kita
merenung sejenak, meraba diri, mengenal diri, dan akhirnya kita bisa kembali
kepada kasih sayang Allahu rabbi..
Selagi kita
bisa, selagi nyawa masih ada
Selagi mampu,
selagi ada waktu..
Semoga Allah
mengampuni dosa-dosa kita yang telah lalu…
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ
لِيْ وَلَكُمْ
ولجميع المسلين
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوه
Khutbah
Kedua
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ
عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، في العالمين إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا
عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ
الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ.
اَللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا
إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ
قَضَيْتَهُ وَلاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ
قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا
الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ
لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا آتِنَا
فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ
وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا
اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Jum’at, 27 Mei 2011
Berikut salah satu Contoh Khutbah Jumat Bahasa Sunda
BalasHapusmhn maaf belum muncul referensi materi khutbah
BalasHapus