Minggu, 23 Oktober 2011

imam zaki fuad

adalah pendukung kegiatan amal yang diselenggarakan oleh Syamsul ulum, gunung puyuh sukabumi

khutbah jum'at pertama dan kedua



إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛
 فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ،

Sidang juma’at yang berbahagia…
Pada hakekatnya tak ada penyejuk yang benar-benar menyegarkan, dan tak ada obat yang paling mujarab selain taqwa kepada Allah. Hanya taqwa kepadaNyalah satu-satunya jalan keluar dari berbagai problem kehidupan, yang mendatangkan keberkahan hidup, serta menyelamatkan dari adzab-Nya di dunia maupun di akhirat nanti, karena taqwa jualah seseorang akan mewarisi Surga Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Tsa'labah bin Abdurrahman, adalah salah seorang sahabat Rasulullah, yang selalu mendampingi dan membantu Rasulullah. la bermukim di kota Rasul, Madinah al-Munawarah. Pada suatu hari, ia berjalan-jalan di sekitar kota kediamannya itu. Tiba-tiba, ia melihat sebuah pintu rumah penduduk terbuka. Dari pintu itu, ia melihat seorang wanita yang sedang mandi di dalam rumah tersebut. Kemudian iapun sadar bahwa perbuatannya itu adalah dosa. La semakin bertambah takut, kalau-kalau sebab perbuatannya itu wahyu Allah turun dan memberitahukan kepada Rasulullah. Jika itu terjadi, betapa malunya ia melihat Rasulullah nanti.
Untuk menghindari hal tersebut, maka ia mengambil keputusan untuk pergi menjauh dari kota Madinah. Ditinggalkannya semua keluarga dan sahabatnya, demikian pula dengan orang yang paling dicintainya, Rasulullah saw. la pun tinggal di salah satu tempat persembunyian.
Sudah empat puluh hari Tsa'labah menghilang dari Madinah. Para sahabat mulai bertanya-tanya. Begitu juga Rasulullah saw. Kemudian datanglah Jibril kepada Rasulullah dan memberitahukan: "Hai Muhammad, Allah mengucapkan salam untukmu dan memberitahukan bahwa umatmu yang menghilang itu berada di sebuah gunung di sana. Umatmu itu terus meminta perlindungan kepada Allah dari siksaan Jahannam."
Setelah menerima berita dari Jibril itu Rasulullah langsung mengutus Umar bin Khattab dan Salman al-Farisy untuk menemui Tsa'labah dan mengajaknya kembali ke Madinah.
Merekapun kemudian berangkat mencari tempat yang ditunjukkan oleh Rasulullah di luar kota Madinah. Setelah mencari ke sana sini, mereka bertemu dengan seorang yang sedang menggembala ternaknya. Kebetulan, Umar bin Khattab telah mengenalnya dan mengetahui namanya, Zufafah. Umar bertanya kepadanya. "Apakah engkau melihat pemudayang berada di sekitar daerah ini?"
Zufafah menjawab. “Ya! Mungkin yang Anda maksudkan adalah orang yang lari dari neraka jahanam itu?"
"Dari mana Anda mengetahui bahwa ia melarikan diri dari jahanam?” Umar melanjutkan pertanyaannya.
"Biasanya pada tengah malam ia datang dari arah sini, tangannya diletakkan di atas kepalanya. la menangis dan mernekik sambil berseru: "Ya Allah. Alangkah baiknya jika Engkau mencabut nyawaku ini," jawab Zufafah.
"Benar! Dialah yang kami cari!" kata Umar.
Zufafah menyarankan Urnar dan Salman agar mereka menunggu saat-saat yang biasanya Tsa'labah keluar dari persembunyiannya. Akhirnya, seperti biasa, Tsa'labah keluar dan berseru dengan suara keras: "Ya Allah! Seandainya Engkau mencabut nyawaku ini?"
Umar lalu mendekatinya. Setelah dekat benar dan saling mengetahui, Umar memulai pembicaraannya. "Saya Umar bin Khattab"
Mendengar itu, Tsa 'labah kepada Umar."Tahukah Rasulullah dosa yang telah kuperbuat?" "Saya tidak tahu. Tetapi, kemarin RasuluIIah menyebutmu dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. la yang menyuruh saya datang menemuimu di sini agar kita sama-sama kembali ke Madinah,"
"Baiklah Umar. Kalau itu yang di kehendaki oleh Rasulullah saw. Tetapi, dengan syarat kita menemui beliau ketika ia sedang shalat atau ketika iqamat, sesaat sebelum shalat dimulai," Tsa 'labah memberi syarat. "Baiklah," jawab Umar.
Akhirnya merekapun berangkat bersama-sama kembali ke Madinah. Ketika mereka tiba di Masjid Rasul, para sahabat sedang melaksanakan shalat dan Rasulullah saw sebagai imamnya. Ketika Tsa'labah mendengar ayat-ayat yang dibaca Rasulullah, iapun jatuh tersungkur.
"Ini orangnya ya Rasululallah," seru Umar.
"Bukankah telah kuajarkan kepadamu ayat-ayat penghapus dosa?" kata Rasulullah.
"Benar, wahai Rasulullah," jawab Tsa'labah.
"Bacalah, "seru Rasulullah. "Ya Allah! Bahagiakanlah aku hidup di dunia dan bahagiakanlah aku hidup di akhirat serta lepaskanlah aku dari siksaan  azab-Mu," lanjut Rasul.
"Dosaku lebih besar dari itu, ya Rasulullah!" sela Tsa 'labah.
"Tidak! Firman Allah itulah yang lebih agung dan lebih mulia," kata Rasulullah.
Kemudian Rasulullah menyuruh Tsa'labah agar ia kembali ke rumahnya semula. Tsa'labah pun menuruti apa yang diperintahkan Rasulullah.
Tak lama setelah di rumah, Tsa'Iabah menderita sakit. Setelah tiga hari ia sakit, Salman memberitahukannya kepada Rasulullah. Mendengar itu segeralah Rasulullah dan sahabat-sahabatnya yang ada ketika itu bersama-sama pergi mengunjungi Tsa'labah. Setiba di sana, Rasulullah memegang kepala Tsa'labah. Tsa'labah lalu menarik kepalanya dan meletakkannya pada pangkuan Rasulullah saw.
"Mengapa engkau turunkan kepalamu pada pangkuanku?" tanya Rasulullah kepada Tsa'labah.
"Hai Rasulullah! Sebenarnya kepalaku ini tidaklah pantas berada di atas pangkuanmu, sebab kepalaku telah penuh dosa!" Jawab Tsaiabah.
"Dari mana engkau tahu?" tanya Rasulullah.
"Terasa laksana semut yang menjalar di tulang dan kulitku ini," jawab Tsa 'labah.
"Jadi apa yang engkau inginkan, wahai Tsa'labah?" tanya Rasulullah saw. lagi.
"Pengampunan Allah!" jawab Tsa' labah singkat.
Beberapa saat setelah kalimat itu Tsa'labah pun agak memekik. la menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Rasulullah segera memandikan, mengkafani dan menshalatkan Tsa'labah yang telah menjadi mayat. Selain itu, Rasulullah turut pula mengusung keranda jenazah Tsa'labah hingga ke pemakaman, tempat peristirahatannya yang terakhir. Ketlka mengusung keranda Tsa'labah, sahabat-sahabat melihat Rasulullah berjalan terjingkat-jingkat, Rasulullah terlihat seperti kesusahan jalan. Lalu seorang sahabat bertanya: "Tadi, kami lihat engkau seperti susah jalan ketika memikul jenazah Tsa'labah. Apa yang menyebabkan hal itu, hai Rasulullah"
"Ketika aku memikut jenazah Tsa'labah tadi, hampir aku tidak blsa menjejakkan kaki ke tanah, disebabkan banyak dan padatnya malaikat-malaikat yang turut mengusung dan mengiringi jenazahnya," jawab Rasulullah.
Akhirnya, kehidupan Tsa'Iabah diakhiri dengan taubat dan pengampunan dari Allah.
Subhanallah…
Lantas.. apakah kita akan terus menambah dosa-dosa kita?
Apakah kita pantas mengungkit kebaikan yang belum tentu diterima Allah, dan melupakan dosa-dosa yang telah kita lakukan?
Mari kita merenung sejenak, meraba diri, mengenal diri, dan akhirnya kita bisa kembali kepada kasih sayang Allahu rabbi..
Selagi kita bisa, selagi nyawa masih ada
Selagi mampu, selagi ada waktu..
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita yang telah lalu…

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ  ولجميع المسلين إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوه
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، في العالمين إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ.
اَللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ وَلاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.  رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Jum’at, 27 Mei 2011



khutbah 'idul adlha


MEMBANGUN UMAT MENUJU KEJAYAAN ISLAM


إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا, من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.
ياأيها الذين ءامنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون
ياأيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيبا
 ياأيها الذين ءامنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا, يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما
أما بعد, فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمe وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة فى النار.
اللهم صل على محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

Saudara-saudaraku, kaum Mulimin yang dimuliakan Allah.
Di pagi hari yang suci ini dan dengan diliputi perasaan sukacita yang mendalam, kita kembali bertemu di tempat ini untuk bersama-sama memuji keagungan dan kebesaran Allah. Kita syukuri segala nikmat dan karunia-Nya yang selama in telah kita nikmati. Kita ikrarkan kembali bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah subhanahu wata'ala.
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Lima belas abad yang lalu, ketika pertama kali Rasulullah e memperkenalkan agama Islam ini kepada umat manusia, beliau segera saja harus menghadapi tantangan keras dari kaumnya. Berbagai bentuk tekanan dan perlakuan diskriminatif ditujukan kepada beliau dan pengikut-pengikut beliau. Kepahitan dan penderitaan menghiasi hari-hari kaum Muslimin kala itu. Mereka ditindas, diteror, dikejar-kejar, bahkan dibunuh. Mereka terlempar ke sudut-sudut sempit kehidupan dan hidup  sebagai orang-orang buangan di negeri mereka sendiri.

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

"Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) melakukan upaya makar  terhadapmu, untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka melakukan makar dan Allah membalas makar itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya." (Al-Anfal: 30)

Dengarkan penuturan Abdullah bin Mas'ud, seorang saksi mata perlakuan kejam kafir Quraisy kepada Rasul yang mulia e. Suatu hari, sementara Rasulullah sedang melakukan shalat di sisi ka'bah, gembong kaum Musyrikin, 'Uqbah bin Abi Mu'aith, datang dan menghampiri beliau. Kedua tangannya penuh dengan isi perut unta yang telah dibuang. Lalu dengan enteng dia mengalungkan kotoran binatang tersebut ke leher Rasulullah  e yang sedang sujud. Rasulullah tidak bangkit. Beliau terus dalam sujudnya. Kaum Musyrikin yang menyaksikan ulah 'Uqbah bersorak-sorai kegirangan. Perlakuan tidak manusiawi itu terus berlangsung hingga Fatimah, putri Rasulullah, mendatangi bapaknya dan menyingkirkan kotoran yang melekat di tubuh dan pakaian Nabi yang mulia e. Nabi saat itu akhirnya hanya dapat berdoa agar Allah membalaskan perlakuan biadab mereka.
Demikianlah keadaan Islam dan umat Islam saat itu. Masa ketika Rasulullah e masih merintis pembangunan umat ini. Walau demikian, keimanan yang kuat terhadap janji Allah dan keyakinan atas kebenaran Islam menjadi benteng yang kokoh bagi Rasulullah dan kaum Muslimin. Dengan itu, mereka mampu untuk tetap bertahan dengan komitmen keislaman mereka. Sampai akhirnya Allah memberi jalan keluar dan menepati janji-Nya. Rasulullah e dan kaum muslimin diperintahkan untuk hijrah ke Madinah dan menjadikannya sebagai basis geografis yang aman dan strategis bagi masa depan Islam. Dari kota kecil inilah, Nabi e kemudian berhasil membangun pondasi peradaban Islam yang pertama. Kelak, dari kota ini pulalah Nabi e keluar dan memimpin pasukannya menaklukkan kota Mekah.
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ(1)وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا(2)فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا(3)
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat." (Al-Fath: 1-3)

Hadirin sekalian yang dimuliakan Allah.
Kurang lebih sepuluh tahun kemudian, ketika tampuk pemerintahan baru saja dipegang oleh Abu Bakar, dan ketika umat Islam masih diselimuti kabut kesedihan atas wafatnya Rasulullah e, umat Islam kembali menghadapi ujian berat. Dalam usia yang relatif masih sangat muda, negara Islam Madinah  terancam bahaya disintegrasi. Beberapa suku Arab menolak untuk membayar zakat yang selama ini mereka tunaikan kepada Rasulullah e Pada saat yang sama, sebagian besar kabilah-kabilah Arab, yang semasa Rasulullah masih hidup telah masuk Islam, menyatakan diri membelot dan murtad. Tercatat hanya tiga kota dari semua kota di semenanjung Arabia yang tetap menjadi kantong-kantong kaum Muslimin. Dan puncaknya adalah munculnya nabi-nabi palsu yang melancarkan gerakan separatisme yang menjadi ancaman serius bagi keutuhan negara Madinah.
Namun, gejolak dalam negeri yang terjadi di masa yang sangat kritis ini tidak membuat keimanan para sahabat menjadi guncang. Bahkan sebaliknya, mereka dapat bersatu-padu, di bawah komando Abu Bakar -RA, menumpas gerakan pemberontakan dan pembangkangan itu. Akhirnya, hanya dalam kurun waktu kurang dari dua tahun, gerakan-gerakan tersebut berhasil diredam. Setelah itu, umat Islam bahkan mampu memperlebar sayap kekuasaan Islam keluar dari jazirah Arab. Luas kekuasaan Islam pada masa pemerintahan Umar bin Khattab RA , khalifah yang memerintah setelah Abu Bakar RA, bahkan sebanding dengan total luas rata-rata lima puluh negara modern hari ini.
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Demikian pula ketika umat Islam harus menghadapi serangan pasukan  Nasrani dan Tartar yang berusaha melenyapkan eksistensi mereka pada masa-masa selanjutnya. Terhadap semua cobaan ini, umat Islam selalu berhasil melewatinya serta meraih kemenangan yang dijanjikan oleh Allah.

Saudara-saudaraku, umat Muhammad yang dirahmati Allah.
Bila kita cermati satu-persatu episode sejarah tadi, ada sebuah benang merah yang menjadi titik tolak kemenangan demi kemenangan kaum Muslimin. Benang merah itu adalah keimanan. Ya . . . k e i m a n a nsejarah mereka adalah sejarah keimanan, Allahu akbar. Ternyata keimanan dan kemenangan adalah dua sisi dari satu mata uang. Bukan besar jumlah pasukan yang menjadi andalan utama mereka dalam memenangkan pertempuran, bukan pula lengkapnya perlengkapan dan amunisi. Tapi, modal utama mereka adalah keimanan. Keimanan yang tertanam pada lubuk hati yang paling dalam, yang diucapkan dengan lidah dan tercermin dalam tingkah laku dan perbuatan mereka.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka." (TQS. Al-Anfal: 2-3)
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (At-Taubah: 71)
Dengan keimanan seperti inilah, Allah berkenan menolong mereka untuk meraih kemenangan.
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ(51)
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (pada hari kiamat) (Al-Mu'min: 51)

Yaa Ummatal Islam!
          Dewasa ini, kaum Muslimin kembali dilanda berbagai problema. Di tengah-tengah ketidakberdayaan kita memberantas korupsi yang telah sangat kronis, negeri "untaian jamrud khatulistiwa" ini juga tercatat memiliki beban utang lebih dari USD 75 miliar. Pornografi dan pornoaksi masih marak mewarnai sebagian besar media massa kita. Ironisnya,  hal itu terjadi justru ketika nilai-nilai moral dan agama masyarakat kita telah demikian terpuruk. Di negeri berpenduduk mayoritas muslim ini, dua lembaga yang mewadahi kelompok lesbian telah resmi berdiri.
          Di Prancis, Jerman dan Bavaria, kehormatan dan kesucian saudari-saudari kita dilecehkan. Hak dan kemerdekaan mereka untuk berhijab dirampas. Padahal, pada saat yang sama, wanita-wanita yang justru merusak moral masyarakat dengan mengumbar aurat mereka tidak pernah dipersoalkan. Di Palestina, duka nestapa saudara-saudara kita, yang telah berlangsung hampir satu abad itu, semakin tidak jelas kapan akan berakhir. Entah berapa banyak lagi tubuh kurus pemuda-pemuda Palestina yang terpaksa harus rela dirobek peluru zionis , wanita yang harus menjanda dan anak-anak yang harus rela meratap sedih ketika melihat kepergian ayah-ayah mereka. Dan, hari ini, di depan mata kita, kita dapat menyaksikan konspirasi dunia terhadap saudara-saudara kita di Irak sebagaimana telah terjadi  di Afghanistan sebelumnya.
         Belum lagi keterpurukan ekonomi yang menimpa negeri-negeri kaum muslimin, dimana hal itu menjadi sangat ironis ketika ternyata sumber –sumber kekayaan dunia terdapat di negeri-negeri tersebut.
          Akan tetapi, umat Islam hari ini telah jauh berbeda. Jika pada episode sejarah yang lalu kaum Muslimin menjadikan keimanan mereka sebagai senjata utama untuk keluar dari semua krisis yang menimpa, maka tidak demikian halnya kaum Muslimin sekarang. Terdapat jurang yang sangat lebar yang memisahkan antara nilai-nilai ideal Islam dan realitas umat Islam. Parahnya, karena perbedaan antara cita dan fakta itu tidak hanya terjadi pada aspek-aspek yang sifatnya furu'iyyah atau cabang saja, akan tetapi juga pada aspek-aspek yang sifatnya sangat mendasar dan fundamental dalam ajaran Islam.
          Bukankah laa ilaha illallah, tidak ada sesembahan yang hak selain Allah, belum lagi mewarnai kehidupan sebagian kaum muslimin? Masih terdapat tiran-tiran berwujud harta, jabatan, kepentingan, kelompok, hawa nafsu, bahkan sesama manusia yang telah menggeser posisi laa ilaha illallah dalam kehidupan mereka. Dan jangan lupa, kuburan yang disembah, tempat-tempat yang dianggap angker dan keramat, orang-orang shaleh –yang masih hidup maupun telah tiada-yang dikultuskan juga adalah tiran-tiran lain yang banyak mengaburkan bahkan membatalkan kalimat La ilaha illallah tersebut.
          Bukankah Muhammadurrasulullah, yang berarti menjadikan Rasulullah e sebagai satu-satunya panutan utama, belum nampak dalam keseharian mereka? Masih terdapat panutan-panutan lain berupa ide, paham, konsep, dan ajaran lain yang dianut sebagian kaum Muslimin.
          Bukankah konsep ibadah yang sejatinya membingkai seluruh aktivitas mereka belum lagi mampu diterjemahkan ke dalam dunia nyata? Beragamnya tanggapan umat atas fatwa haramnya bunga bank, di penghujung tahun 2003 kemarin, dapat menjadi bukti betapa umat kita masih terlalu gagap dalam berkomunikasi dengan syariat mereka sendiri. Betapa pengamalan Islam telah menjadi barang langka di tengah pemeluk Islam itu sendiri. "Islam mulai dalam keadaan asing," kata Nabi, "dan akan kembali asing sebagaimana ia pertama kali, maka keberuntungan bagi orang-orang yang asing (pada saat itu)."
         
Ayyuhal Muslimun, a'azzakumullah.
          Ternyata, kunci kemenangan belum ada di tangan kita. Keimanan yang berarti pengamalan Islam secara lahir dan batin, ritual dan sosial, individu dan kolektif, belum seluruhnya mampu kita wujudkan. Padahal, ia adalah syarat utama datangnya pertolongan Allah.

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (Ar-Ra'd: 11)
Ayat ini dengan sangat jelas menuntun kita bahwa inti perubahan untuk menjadi lebih baik adalah bermula dari diri sendiri. Tanpa menafikan pentingnya melakukan perubahan melalui jalur struktural namun yang paling mendesak untuk kita galakkan saat ini adalah memaksimalkan pembangunan dan pembinaan pribadi-pribadi muslim sejati yang kelak siap mengusung amanah perjuangan untuk melakukan perubahan menuju kehidupan yang diridhai Allah Ta’ala.
             Walaupun perlu kita sadari bahwa setelah kita memutuskan untuk memilih jalan perjuangan yang menitikberatkan pada pembinaan generasi muslim yang tangguh bahwa ia  adalah sebuah perjuangan yang sama dengan sunnah perjuangan apapun. Ia membutuhkan pengorbanan. Ia adalah jalan panjang yang tidak bertaburan bunga. Tetapi ia penuh dengan onak dan duri  bahkan aralpun banyak yang melintang. Di sana banyak musuh-musuh yang selalu mengintai, siap siaga untuk memadamkan api perjuangan ini. Butuh keteguhan sebanyak ia membutuhkan kesabaran , kewaspadaan, dan kecerdasan.
          Kalau demikian halnya, kini nampak jelas, di depan mata, amanah berat yang telah menunggu kita. Mari kita kerahkan potensi dan energi kita untuk memberdayakan dan membangun kembali potensi umat. Hidupkan majelis-majelis taklim, dan jadilah pelopor-pelopor aktivitas keislaman. Makmurkan masjid dan sebarkan pemahaman Islam yang murni, yang tegak di atas landasan Al Qur’an dan As Sunnah sebagaimana dipahami dan dijalani oleh generasi terbaik ummat ini ; generasi As Salaf Ash Shaleh. Jaga keluarga agar tidak diracuni oleh media-media yang akan merusak mereka. Dorong putra-putri kita untuk belajar agama dan fasilitasi mereka agar dapat tumbuh di bawah naungan keindahan Islam. Jadilah pejuang-pejuang Islam, Anda bertanggung jawab atas keislaman tempat di manapun Anda berada. Dengan itu semua, kita dapat berharap keluar dari segala kemelut yang menghimpit kita serta dapat kembali hidup dalam kemuliaan dan kehormatan.

الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Kaum muslimin yang diberkahi oleh Allah,
Marilah kita memanfaatkan sisa umur kita di dunia ini untuk lebih banyak melakukan keta'atan kepada Allah sebagai upaya mencari bekal menuju kampung kita yang sebenarnya yaitu negeri akhirat yang kekal abadi. Tentunya ketaatan kepada Allah yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya r. Untuk itu kita perlu memupuk semangat dan kesungguhan dalam mempelajari ajaran Islam yang murni dari sumbernya yang asli, Kitabullah dan Sunnah Rasulullah r melalui perantaraan para Ulama yang terpercaya, yang memiliki kedalaman ilmu syar'i dan rasa takut dan wara' kepada Allah. Karena selain itu, hanyalah kesesatan,kesia-siaan dan pintu malapetaka di kemudian hari.
Dan, sehubungan dengan hari raya Idul Adha ini, sebagai salah satu perwujudan ketaatan dan ketundukan kita kepada Allah I maka Islam mensyari'atkan kepada ummatnya untuk menyembelih hewan qurban. Hewan yang disembelih dapat berupa domba yang usianya genap 6 bulan, atau kambing yang genap setahun atau     sapi yang usianya genap dua tahun, dengan syarat  hewannya tidak memiliki cacat. Seekor sapi boleh disembelih untuk 7 orang. Sebaiknya sipemilik yang menyembelih qurbannya dan kalau tidak, maka boleh diwakilkan dengan syarat upah  penjagal tidak boleh diambil dari daging,kulit, atau bagian lainnya dari hewan qurban tersebut. Daging sembelihan boleh dibagi menjadi tiga : 1/3 buat pemiliknya, 1/3 untuk sedekah kepada faqir miskin dan 1/3 untuk    dihadiahkan Dan penyembelihan dapat dilakukan pada hari Idul Adha usai shalat Ied atau tiga hari tasyriq sesudahnya.

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah.
Akhirnya, dalam nuansa kegembiraan dan sukacita 'Ied ini, mari kita kembali memanjatkan do'a dan bermunajat kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan permohonan hamba-hambanya.
Allahumma, ya Allah, ya Ghafur ya Rahim.  Di hari yang Engkau muliakan ini, kami, hamba-hamba-Mu yang hina dan lemah ini, kembali menghadap kepada-Mu, mengharap belas kasih dan ampunan-Mu. Kami sadar, masih terlalu banyak kesalahan dan kealpaan yang telah kami lakukan. Masih belum sempurna ibadah dan penyembahan kami kepada-Mu. Namun, kami pun yakin pintu ampunan dan rahmat-Mu jauh lebih luas. Ya Tawwabu ya Ghaffar.
Allahumma, ya Allah, ya Rahman ya Rahim Orang-orang tua, handai tolan, tetangga, sahabat-sahabat, dan saudara-saudara kami seiman yang sedang menunaikan haji, tahun ini, telah meninggalkan padang 'Arafah. Hari ini, mereka bergembira sebagaimana kami di sini. Ya Allah, kabulkan doa dan munajat mereka. Terima amal shalih mereka dengan baik. Beri mereka kekuatan dan keselamatan hingga mereka tiba kembali ke negeri-negeri mereka.
Allahumma, ya Allah, ya Sami'u ya 'Aliim. Engkau lebih mengetahui kondisi kami, kelemahan kami dalam mengemban amanah Kitab-Mu dan amanah Sunnah Nabi-Mu, ketidakmampuan kami untuk menegakkan syari'at-Mu dalam seluruh bidang kehidupan kami, ketidakberdayaan kami di tengah-tengah penindasan dan penderitaan saudara-saudara kami. Ya Allah, hanya kepada-Mu kami dapat berharap. Tidak ada lagi tempat kembali dan bersandar selain kepada-Mu. Perbaikilah keadaan kami, beri kami kekuatan dan kemampuan untuk berislam secara menyeluruh, bimbing kami untuk dapat kembali ke jalan yang Engkau ridhai. Ya Allah, sayangi umat ini, kasihani mereka. Betapapun, mereka adalah hamba-hamba-Mu juga. Ya Allah, berilah mereka apa yang Engkau janjikan kepada mereka  dengan perantaraan rasul-rasul-Mu. Jangan Engkau hinakan mereka di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين


***


Naskah Khutbah Idul Adha 1424 H / Februari 2004 M ini dikeluarkan oleh Dewan Syariah PP Wahdah Islamiyah, dan diterbitkan oleh Departemen Informasi dan Komunakasi PP Wahdah Islamiyah