MEMBANGUN UMAT MENUJU KEJAYAAN ISLAM
إن
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا,
من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا
شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.
ياأيها الذين ءامنوا اتقوا الله حق تقاته
ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون
ياأيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس
واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام
إن الله كان عليكم رقيبا
ياأيها الذين ءامنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا, يصلح لكم أعمالكم ويغفر
لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما
أما بعد, فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير
الهدي هدي محمe
وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة فى النار.
اللهم صل على محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
Saudara-saudaraku,
kaum Mulimin yang dimuliakan Allah.
Di pagi
hari yang suci ini dan dengan diliputi perasaan sukacita yang mendalam, kita
kembali bertemu di tempat ini untuk bersama-sama memuji keagungan dan kebesaran
Allah. Kita syukuri segala nikmat dan karunia-Nya yang selama in telah kita
nikmati. Kita ikrarkan kembali bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah
subhanahu wata'ala.
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله
أكبر الله أكبر ولله الحمد
Ma'asyiral
muslimin rahimakumullah.
Lima
belas abad yang lalu, ketika pertama kali Rasulullah e memperkenalkan
agama Islam ini kepada umat manusia, beliau segera saja harus menghadapi tantangan
keras dari kaumnya. Berbagai bentuk tekanan dan perlakuan diskriminatif
ditujukan kepada beliau dan pengikut-pengikut beliau. Kepahitan dan penderitaan
menghiasi hari-hari kaum Muslimin kala itu. Mereka ditindas, diteror,
dikejar-kejar, bahkan dibunuh. Mereka terlempar ke sudut-sudut sempit kehidupan
dan hidup sebagai orang-orang buangan di
negeri mereka sendiri.
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
"Dan (ingatlah), ketika
orang-orang kafir (Quraisy) melakukan upaya makar terhadapmu, untuk menangkap dan
memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka melakukan makar dan
Allah membalas makar itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya."
(Al-Anfal: 30)
Dengarkan
penuturan Abdullah bin Mas'ud, seorang saksi mata perlakuan kejam kafir Quraisy
kepada Rasul yang mulia e. Suatu hari,
sementara Rasulullah sedang melakukan shalat di sisi ka'bah, gembong kaum
Musyrikin, 'Uqbah bin Abi Mu'aith, datang dan menghampiri beliau. Kedua
tangannya penuh dengan isi perut unta yang telah dibuang. Lalu dengan enteng
dia mengalungkan kotoran binatang tersebut ke leher Rasulullah e
yang
sedang sujud. Rasulullah tidak bangkit. Beliau terus dalam sujudnya. Kaum
Musyrikin yang menyaksikan ulah 'Uqbah bersorak-sorai kegirangan. Perlakuan
tidak manusiawi itu terus berlangsung hingga Fatimah, putri Rasulullah,
mendatangi bapaknya dan menyingkirkan kotoran yang melekat di tubuh dan pakaian
Nabi yang mulia e. Nabi
saat itu akhirnya hanya dapat berdoa agar Allah membalaskan perlakuan biadab
mereka.
Demikianlah
keadaan Islam dan umat Islam saat itu. Masa ketika Rasulullah e masih merintis
pembangunan umat ini. Walau demikian, keimanan yang kuat terhadap janji Allah
dan keyakinan atas kebenaran Islam menjadi benteng yang kokoh bagi Rasulullah
dan kaum Muslimin. Dengan itu, mereka mampu untuk tetap bertahan dengan
komitmen keislaman mereka. Sampai akhirnya Allah memberi jalan keluar dan
menepati janji-Nya. Rasulullah e dan
kaum muslimin diperintahkan untuk hijrah ke Madinah dan menjadikannya sebagai
basis geografis yang aman dan strategis bagi masa depan Islam. Dari kota kecil
inilah, Nabi e
kemudian berhasil membangun pondasi peradaban Islam yang pertama. Kelak, dari
kota ini pulalah Nabi e keluar
dan memimpin pasukannya menaklukkan kota Mekah.
إِذَا جَاءَ نَصْرُ
اللَّهِ وَالْفَتْحُ(1)وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا(2)فَسَبِّحْ
بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا(3)
"Apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah
dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah
ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat." (Al-Fath:
1-3)
Hadirin
sekalian yang dimuliakan Allah.
Kurang
lebih sepuluh tahun kemudian, ketika tampuk pemerintahan baru saja dipegang
oleh Abu Bakar, dan ketika umat Islam masih diselimuti kabut kesedihan atas
wafatnya Rasulullah e, umat
Islam kembali menghadapi ujian berat. Dalam usia yang relatif masih sangat
muda, negara Islam Madinah terancam
bahaya disintegrasi. Beberapa suku Arab menolak untuk membayar zakat yang
selama ini mereka tunaikan kepada Rasulullah e Pada saat yang
sama, sebagian besar kabilah-kabilah Arab, yang semasa Rasulullah masih hidup
telah masuk Islam, menyatakan diri membelot dan murtad. Tercatat hanya tiga
kota dari semua kota di semenanjung Arabia yang tetap menjadi kantong-kantong
kaum Muslimin. Dan puncaknya adalah munculnya nabi-nabi palsu yang melancarkan
gerakan separatisme yang menjadi ancaman serius bagi keutuhan negara Madinah.
Namun,
gejolak dalam negeri yang terjadi di masa yang sangat kritis ini tidak membuat
keimanan para sahabat menjadi guncang. Bahkan sebaliknya, mereka dapat
bersatu-padu, di bawah komando Abu Bakar -RA, menumpas gerakan pemberontakan
dan pembangkangan itu. Akhirnya, hanya dalam kurun waktu kurang dari dua tahun,
gerakan-gerakan tersebut berhasil diredam. Setelah itu, umat Islam bahkan mampu
memperlebar sayap kekuasaan Islam keluar dari jazirah Arab. Luas kekuasaan
Islam pada masa pemerintahan Umar bin Khattab RA , khalifah yang memerintah
setelah Abu Bakar RA, bahkan sebanding dengan total luas rata-rata lima puluh
negara modern hari ini.
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله
أكبر الله أكبر ولله الحمد
Demikian
pula ketika umat Islam harus menghadapi serangan pasukan Nasrani dan Tartar yang berusaha melenyapkan
eksistensi mereka pada masa-masa selanjutnya. Terhadap semua cobaan ini, umat
Islam selalu berhasil melewatinya serta meraih kemenangan yang dijanjikan oleh
Allah.
Saudara-saudaraku,
umat Muhammad yang dirahmati Allah.
Bila
kita cermati satu-persatu episode sejarah tadi, ada sebuah benang merah yang
menjadi titik tolak kemenangan demi kemenangan kaum Muslimin. Benang merah itu
adalah keimanan. Ya . . . k e i m a n a n… sejarah mereka
adalah sejarah keimanan, Allahu akbar. Ternyata keimanan dan kemenangan
adalah dua sisi dari satu mata uang. Bukan besar jumlah pasukan yang menjadi
andalan utama mereka dalam memenangkan pertempuran, bukan pula lengkapnya
perlengkapan dan amunisi. Tapi, modal utama mereka adalah keimanan. Keimanan
yang tertanam pada lubuk hati yang paling dalam, yang diucapkan dengan lidah
dan tercermin dalam tingkah laku dan perbuatan mereka.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah
mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat
dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka."
(TQS. Al-Anfal: 2-3)
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana." (At-Taubah: 71)
Dengan
keimanan seperti inilah, Allah berkenan menolong mereka untuk meraih
kemenangan.
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ
ءَامَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ(51)
Sesungguhnya
Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan
dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (pada hari kiamat) (Al-Mu'min: 51)
Yaa
Ummatal Islam!
Dewasa ini, kaum Muslimin kembali
dilanda berbagai problema. Di tengah-tengah ketidakberdayaan kita memberantas
korupsi yang telah sangat kronis, negeri "untaian jamrud
khatulistiwa" ini juga tercatat memiliki beban utang lebih dari USD 75
miliar. Pornografi dan pornoaksi masih marak mewarnai sebagian besar media
massa kita. Ironisnya, hal itu terjadi
justru ketika nilai-nilai moral dan agama masyarakat kita telah demikian
terpuruk. Di negeri berpenduduk mayoritas muslim ini, dua lembaga yang mewadahi
kelompok lesbian telah resmi berdiri.
Di Prancis, Jerman dan Bavaria,
kehormatan dan kesucian saudari-saudari kita dilecehkan. Hak dan kemerdekaan
mereka untuk berhijab dirampas. Padahal, pada saat yang sama, wanita-wanita
yang justru merusak moral masyarakat dengan mengumbar aurat mereka tidak pernah
dipersoalkan. Di Palestina, duka nestapa saudara-saudara kita, yang telah
berlangsung hampir satu abad itu, semakin tidak jelas kapan akan berakhir.
Entah berapa banyak lagi tubuh kurus pemuda-pemuda Palestina yang terpaksa
harus rela dirobek peluru zionis , wanita yang harus menjanda dan anak-anak
yang harus rela meratap sedih ketika melihat kepergian ayah-ayah mereka. Dan,
hari ini, di depan mata kita, kita dapat menyaksikan konspirasi dunia terhadap
saudara-saudara kita di Irak sebagaimana telah terjadi di Afghanistan sebelumnya.
Belum lagi keterpurukan ekonomi yang
menimpa negeri-negeri kaum muslimin, dimana hal itu menjadi sangat ironis
ketika ternyata sumber –sumber kekayaan dunia terdapat di negeri-negeri
tersebut.
Akan tetapi, umat Islam hari ini telah
jauh berbeda. Jika pada episode sejarah yang lalu kaum Muslimin menjadikan
keimanan mereka sebagai senjata utama untuk keluar dari semua krisis yang
menimpa, maka tidak demikian halnya kaum Muslimin sekarang. Terdapat jurang
yang sangat lebar yang memisahkan antara nilai-nilai ideal Islam dan realitas
umat Islam. Parahnya, karena perbedaan antara cita dan fakta itu tidak hanya
terjadi pada aspek-aspek yang sifatnya furu'iyyah atau cabang saja, akan tetapi
juga pada aspek-aspek yang sifatnya sangat mendasar dan fundamental dalam
ajaran Islam.
Bukankah laa ilaha illallah,
tidak ada sesembahan yang hak selain Allah, belum lagi mewarnai kehidupan
sebagian kaum muslimin? Masih terdapat tiran-tiran berwujud harta, jabatan,
kepentingan, kelompok, hawa nafsu, bahkan sesama manusia yang telah menggeser
posisi laa ilaha illallah dalam kehidupan mereka. Dan jangan lupa, kuburan yang
disembah, tempat-tempat yang dianggap angker dan keramat, orang-orang shaleh
–yang masih hidup maupun telah tiada-yang dikultuskan juga adalah tiran-tiran
lain yang banyak mengaburkan bahkan membatalkan kalimat La ilaha illallah tersebut.
Bukankah Muhammadurrasulullah,
yang berarti menjadikan Rasulullah e sebagai
satu-satunya panutan utama, belum nampak dalam keseharian mereka? Masih
terdapat panutan-panutan lain berupa ide, paham, konsep, dan ajaran lain yang
dianut sebagian kaum Muslimin.
Bukankah konsep ibadah yang sejatinya
membingkai seluruh aktivitas mereka belum lagi mampu diterjemahkan ke dalam
dunia nyata? Beragamnya tanggapan umat atas fatwa haramnya bunga bank, di
penghujung tahun 2003 kemarin, dapat menjadi bukti betapa umat kita masih
terlalu gagap dalam berkomunikasi dengan syariat mereka sendiri. Betapa
pengamalan Islam telah menjadi barang langka di tengah pemeluk Islam itu
sendiri. "Islam mulai dalam keadaan asing," kata Nabi, "dan
akan kembali asing sebagaimana ia pertama kali, maka keberuntungan bagi
orang-orang yang asing (pada saat itu)."
Ayyuhal
Muslimun, a'azzakumullah.
Ternyata, kunci kemenangan belum ada
di tangan kita. Keimanan yang berarti pengamalan Islam secara lahir dan batin,
ritual dan sosial, individu dan kolektif, belum seluruhnya mampu kita wujudkan.
Padahal, ia adalah syarat utama datangnya pertolongan Allah.
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri." (Ar-Ra'd: 11)
Ayat ini dengan sangat jelas menuntun kita bahwa
inti perubahan untuk menjadi lebih baik adalah bermula dari diri sendiri. Tanpa
menafikan pentingnya melakukan perubahan melalui jalur struktural namun yang
paling mendesak untuk kita galakkan saat ini adalah memaksimalkan pembangunan
dan pembinaan pribadi-pribadi muslim sejati yang kelak siap mengusung amanah
perjuangan untuk melakukan perubahan menuju kehidupan yang diridhai Allah
Ta’ala.
Walaupun perlu kita sadari bahwa setelah kita memutuskan untuk memilih
jalan perjuangan yang menitikberatkan pada pembinaan generasi muslim yang
tangguh bahwa ia adalah sebuah
perjuangan yang sama dengan sunnah perjuangan apapun. Ia membutuhkan
pengorbanan. Ia adalah jalan panjang yang tidak bertaburan bunga. Tetapi ia
penuh dengan onak dan duri
bahkan aralpun banyak yang melintang. Di sana
banyak musuh-musuh yang selalu mengintai, siap siaga untuk memadamkan api
perjuangan ini. Butuh keteguhan sebanyak ia membutuhkan kesabaran ,
kewaspadaan, dan kecerdasan.
Kalau demikian halnya, kini nampak
jelas, di depan mata, amanah berat yang telah menunggu kita. Mari kita kerahkan
potensi dan energi kita untuk memberdayakan dan membangun kembali potensi umat.
Hidupkan majelis-majelis taklim, dan jadilah pelopor-pelopor aktivitas
keislaman. Makmurkan masjid dan sebarkan pemahaman Islam yang murni, yang tegak
di atas landasan Al Qur’an dan As Sunnah sebagaimana dipahami dan dijalani oleh
generasi terbaik ummat ini ; generasi As Salaf Ash Shaleh. Jaga keluarga agar
tidak diracuni oleh media-media yang akan merusak mereka. Dorong putra-putri
kita untuk belajar agama dan fasilitasi mereka agar dapat tumbuh di bawah
naungan keindahan Islam. Jadilah pejuang-pejuang Islam, Anda bertanggung jawab
atas keislaman tempat di manapun Anda berada. Dengan itu semua, kita dapat
berharap keluar dari segala kemelut yang menghimpit kita serta dapat kembali
hidup dalam kemuliaan dan kehormatan.
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Kaum muslimin yang
diberkahi oleh Allah,
Marilah kita
memanfaatkan sisa umur kita di dunia ini untuk lebih banyak melakukan keta'atan
kepada Allah sebagai upaya mencari bekal menuju kampung kita yang sebenarnya
yaitu negeri akhirat yang kekal abadi. Tentunya ketaatan kepada Allah yang
sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya r. Untuk
itu kita perlu memupuk semangat dan kesungguhan dalam mempelajari ajaran Islam
yang murni dari sumbernya yang asli, Kitabullah dan Sunnah Rasulullah r melalui
perantaraan para Ulama yang terpercaya, yang memiliki kedalaman ilmu syar'i dan
rasa takut dan wara' kepada Allah. Karena selain itu, hanyalah
kesesatan,kesia-siaan dan pintu malapetaka di kemudian hari.
Dan,
sehubungan dengan hari raya Idul Adha ini, sebagai salah satu perwujudan
ketaatan dan ketundukan kita kepada Allah I maka
Islam mensyari'atkan kepada ummatnya untuk menyembelih hewan qurban. Hewan yang
disembelih dapat berupa domba yang usianya genap 6 bulan, atau kambing yang
genap setahun atau sapi yang usianya
genap dua tahun, dengan syarat hewannya
tidak memiliki cacat. Seekor sapi boleh disembelih untuk 7 orang. Sebaiknya
sipemilik yang menyembelih qurbannya dan kalau tidak, maka boleh diwakilkan
dengan syarat upah penjagal tidak boleh
diambil dari daging,kulit, atau bagian lainnya dari hewan qurban tersebut.
Daging sembelihan boleh dibagi menjadi tiga : 1/3 buat pemiliknya, 1/3 untuk
sedekah kepada faqir miskin dan 1/3 untuk
dihadiahkan Dan penyembelihan dapat dilakukan pada hari Idul Adha usai
shalat Ied atau tiga hari tasyriq sesudahnya.
Kaum Muslimin yang
dimuliakan Allah.
Akhirnya,
dalam nuansa kegembiraan dan sukacita 'Ied ini, mari kita kembali memanjatkan
do'a dan bermunajat kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan
permohonan hamba-hambanya.
Allahumma, ya
Allah, ya Ghafur ya Rahim.
Di hari yang Engkau muliakan ini, kami, hamba-hamba-Mu yang hina dan
lemah ini, kembali menghadap kepada-Mu, mengharap belas kasih dan ampunan-Mu.
Kami sadar, masih terlalu banyak kesalahan dan kealpaan yang telah kami
lakukan. Masih belum sempurna ibadah dan penyembahan kami kepada-Mu. Namun,
kami pun yakin pintu ampunan dan rahmat-Mu jauh lebih luas. Ya Tawwabu
ya Ghaffar.
Allahumma, ya Allah,
ya Rahman ya Rahim Orang-orang tua, handai tolan, tetangga,
sahabat-sahabat, dan saudara-saudara kami seiman yang sedang menunaikan haji,
tahun ini, telah meninggalkan padang 'Arafah. Hari ini, mereka bergembira
sebagaimana kami di sini. Ya Allah, kabulkan doa dan munajat mereka. Terima
amal shalih mereka dengan baik. Beri mereka kekuatan dan keselamatan hingga
mereka tiba kembali ke negeri-negeri mereka.
Allahumma, ya
Allah, ya Sami'u ya 'Aliim. Engkau lebih mengetahui kondisi kami,
kelemahan kami dalam mengemban amanah Kitab-Mu dan amanah Sunnah Nabi-Mu,
ketidakmampuan kami untuk menegakkan syari'at-Mu dalam seluruh bidang kehidupan
kami, ketidakberdayaan kami di tengah-tengah penindasan dan penderitaan
saudara-saudara kami. Ya Allah, hanya kepada-Mu kami dapat berharap. Tidak ada
lagi tempat kembali dan bersandar selain kepada-Mu. Perbaikilah keadaan kami,
beri kami kekuatan dan kemampuan untuk berislam secara menyeluruh, bimbing kami
untuk dapat kembali ke jalan yang Engkau ridhai. Ya Allah, sayangi umat ini,
kasihani mereka. Betapapun, mereka adalah hamba-hamba-Mu juga. Ya Allah,
berilah mereka apa yang Engkau janjikan kepada mereka dengan perantaraan rasul-rasul-Mu. Jangan
Engkau hinakan mereka di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
***
Naskah Khutbah Idul Adha 1424 H /
Februari 2004 M ini dikeluarkan oleh Dewan Syariah PP Wahdah Islamiyah, dan
diterbitkan oleh Departemen Informasi dan Komunakasi PP Wahdah Islamiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar